Sabtu, 25 Januari 2014

Mitologi Hujan

Hujan petang dan cahaya mentari di Rumah Hijau Denassa
(RHD), Januari 2014. (Foto: Denassa).
Hujan satu dari kejadian di alam yang  masyur, secara ilmiah merupakan peristiwa presipitasi. Presipitasi merupakan gejala alam di atmosfir yang terbentuk dari kondensasi uap air di udara. Bagi kita cukup mengenalinya dengan adanya awan, kadang disertai hembusan angin, dan kelembaban udara.


Terdapat beberapa kisah tentang hujan yang beredar diantara masyarakat. Cerita tentang hujan yang akan saya sampaikan ini terjadi khususnya bagi masyarakat yang hidup di selatan Sulsel. Dipercaya bahwa hujan yang diawali pada hari Jumat akan diakhiri hari Jumat  selanjutnya. Jika menyimpan payung menghadap keatas, maka salah satu pesan ke alam agar segera menurunkan hujan.

Hujan dinyakini akan turun setiap akhir tahun Miladiyah, yang dikenal dengan sebutan tahun baru Belanda. Hujan akan kembali deras menjelang tahun baru Cina. Selain itu diyakini pula ada hujan yang turun sepanjang hari selama 40 hari 40 malam.
Hujan dihisab pula dengan perhitungan ikonik ikan pari, dan dipengaruhi jumlah pohon besar yang tumbuh dipermukaan bumi.

Pembagian waktu hujan  dipengaruhi dua gunung di timur Makassar, Bawakaraeng dan Lompobattang. Kemudian dipengaruhi pula dengan bulan-bulan terakhir hitungan Miladiyah berakhiran ber, mulai September hingga Desember.

Dari beberapa pemahaman warga mengenali hujan di atas, beberapa tahun terakhir memperlihatkan gejala, hujan harus dipelajari terus-menerus untuk menemukan rahasia alam yang tersembunyi pada hujan
Darmawan Denassa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar