Selasa, 19 Juni 2007

Melihat Mereka Belajar dalam Riang Cadangan Usia kami Terasa Bertambah


Darmawan Denassa

Awalnya orang tua mereka berkumpul untuk melakukan pertemuan di sekolah yang diinisiasi The Gowa Center melalui program Pendidikan Partisipatif menuju Pendidikan Berkualitas di Kabupaten Gowa. Untuk menguatkan keakraban yang telah terjalin antara guru, kepsek, orang tua, dengan The Gowa Center. Kami buat kegiatan baru diluar dari skema yang telah tersusun dalam rencana aksi bernama Outing Class.

Outing Class merupakan pembelajaran diluar kelas bagi peserta didik. Tujuannya untuk menstimulasi guru dan peserta didik menemukan metode ajar baru dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di dekat sekolah sebagai medianya. Kami ingin ingatkan bahwa ini menyenangkan dan memudahkan peserta didik menyerap pengetahuan.

Diawali dengan sebuah kegiatan keliling kampung di hari Ahad pada bulan Mei di Kalase’rena yang melibatkan peserta didik di kelas IV. Orang tua mereka sejak September 2010 senantiasa berkumpul dan berbagi pengalaman tentang pendidikan mereka dengan guru, kepsek, dan sesama orang tua. Kegiatan yang awalnya mempertemukan mereka adalah Pemaparan Tahapan Pembelajaran. Dari kegiatan ini mereka sepakat membuat arisan! Arisan orang tua SD pertama yang kami ketahui. Arisan sebagai media yang mendorong mereka bertemu setiap bulan. Karena semangat orang tua inilah kami susun Outing Class sebagai apresiasi pada mereka, dan ini menjadi strategi bagi kami melibatkan anak-anak mereka dalam skema.

Perjalan setengah hari itu boleh diapresiasi dan dimaknakan dengan kata sukses. Bayangkan seorang perempuan berumur yang kami tahu beliau adalah mantan kepala sekolah di SDN Kalase’rena. Ia pensiun satu bulan sebelum kemitraan dengan sekolah ini berlangsung. Ketika barisan rapi dengan lantunan lagu-lagu anak-anak Makassar mendekati rumahnya, ia mendekati kami. Beliau mengapresiasi metode pembelajaran yang kami berikan.

Peserta juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dengan metode ini. Sebuah usaha yang tidak sia-sia karena sebelumnya kami harus kelapangan untuk melakukan survei dan maping.

Disepanjang jalan yang dilewati peserta didik diajarkan tentang sosio-ekonomi-kultural tanaman yang ditemui, juga mengunjungi rumah tua yang memiliki cerita dan sebuah hutan kecil dengan kisah ular sebagai penjaganya. Mereka wajib memungut sampah plastik yang ditemui, mereka harus saling menghargai disepanjang perjalanan, dan mereka memperoleh banyak kisah dari apa yang kami ketahui.

Pengalaman itu membuat kami lebih bersamangat, maka sepekan setelah kegiatan itu kami ajak mereka berkunjung ke Rumah Hijau Denassa (RHD) kantor The Gowa Center. Bukan hanya mereka tapi peserta didik dari dua sekolah lain. Maka berkumpullah 60 orang anak dengan usia yang sama dari tiga sekolah berbeda (SDN Kalase’rena, SDN Rappokaleleng, dan SDN Bontorikong). Mereka memperoleh permainan interaksi agar belajar bersosialisasi, mendengar kisah agar dari kecil tertanam kebijaksanaan, dan tentu saja belajar lingkungan: tanaman, binatang, dan membuang sampah. Antri juga kewajiban di RHD maka mereka harus melakukan agar kelak mereka menjadi pendukung utama yang mendorong terwujudnya ketertiban dalam bermasyarakat. Tidak lupa perkenalan awal dengan buku, cara memperlakukan buku.

Dari kunjungan itu mereka membuat cerita tentang pengalamannya. Ketika kami datang mengumpulkan cerita keesokanharinya mereka masih berharap diajak berkunjung.

Berita tentang kunjungan itu menyebar, di sekolah pada kelas-kelas lainnya, di dunia maya, di ditelinga teman-teman media. Lalu datang pesan dari teman-teman media elektronik yang berharap diundang dan bertemu mereka dalam kegiatan serupa. Tiga hari kemudian mereka berkumpul lagi dengan jumlah yang jauh lebih besar, peserta didik, guru, dan wartawan cetak dan elektronik riuh pikuk dalam riang di RHD.

Kami pikir mereka (peserta didik) sudah puas setengah hari jadwal belajar mereka pindah ke RHD, ternyata tidak! Setiap bertemu mereka selalu merajut diajak ke RHD, bahkan kakak kelas mereka memberi kami wajah sedih karena belum ikut berkunjung.

Kami masih berihktiar menemukan cara agar mereka bisa datang ke RHD setiap mereka mau, untuk menemukan pengalaman, teman, dan ilmu baru.

Borongtala, Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar